KOMPAS.com - Inggris Raya (UK) secara resmi meninggalkan Uni Eropa (EU) pukul 23.00 waktu setempat atau 06.00 pagi WIB. Kepergian Inggris Raya memutus integrasi ekonomi, politik, dan hukum yang telah dijalin sejak 1973.
Tiga tahun setelah referendum yang meminta keluar dari EU, Inggris Raya tidak lagi menjadi bagian dari Uni Eropa. Negeri Ratu Elizabeth II menjadi negara pertama yang meninggalkan EU.
Apa efek Brexit ke transfer pemain di Premier League?
Seperti semua aspek dari kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Inggris Raya, Brexit punya dampak ke sepak bola Inggris.
Pertama, klub-klub Premier League tak bisa lagi bebas merekrut pemain-pemain muda terbaik di kawasan Eropa daratan.
Keluar dari EU, klub-klub Liga Inggris tidak lagi terkena pengecualian dari Pasal 19 FIFA.
Pasal tersebut mengatur soal pembatasan pergerakan pemain di bawah umur 18 tahun, yang dibuat untuk melindungi pesepak bola muda dari eksploitasi.
Baca juga: Bruno Fernandes dan Nomor 18, Pertanda Loyalitas di Manchester United
FIFA memberikan pengecualian bagi EU dan ke-27 negara anggota mereka dari peraturan ini.
Pengecualian ini yang membuat klub-klub Liga Inggris bisa mendatangkan pemain seperti Paul Pogba, Hector Bellerin, dan Cesc Fabregas saat mereka masih remaja.
Klub-klub Inggris kini tak bisa lagi melakukan hal sama setelah masa transisi keluarnya Inggris Raya dari EU berakhir pada 31 Desember 2020.
Menyangkut transfer pemain senior, ada kemungkinan kalau pemain-pemain dari negara-negara EU akan mendapat perlakuan seperti pemain dari Afrika, Amerika Latin, atau benua lain.
Artinya, para pemain ini harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar mendapat izin kerja di UK.
Bagaimana nasib para pemain EU di Inggris Raya kini?
Liga Inggris menjadi rumah bagi talenta-talenta terbaik Eropa daratan yang menikmati peraturan pergerakan manusia tanpa batas di antara para anggota EU.
Tak hanya tampil di lapangan, para pemain tersebut juga menyumbang besar terhadap perekonomian Inggris Raya.
Dikutip dari BBC berdasarkan laporan Ernst and Young, para pemain Premier League membayar pajak sebesar 1,1 miliar pound pada musim 2016-2017.
Liga teratas di Inggris tersebut juga menyumbang 7,6 miliar pound ke perekonomian UK dan mendukung 100 ribu pekerjaan.
Secara total, industri sepak bola di Inggris Raya menyumbang pemasukan sebesar 12 miliar pound ke ekonomi lokal.
Baca juga: VIDEO - Gol Kelas Dunia Harvey Elliott Bagi Liverpool U23
Sejauh ini, kebanyakan pengacara olahraga di Inggris yakin bahwa tak akan ada yang berubah dari status para pemain-pemain Uni Eropa yang telah merumput di Inggris Raya sebelum Brexit.
Namun, hal tersebut bisa berubah seusai masa transisi setelah diskusi tahap kedua Brexit berlangsung yang salah satunya akan membahas soal undang-undang imigrasi antara warga UK dan EU.
Beberapa pihak mengatakan bahwa sumbangsih raksasa industri sepak bola ke ekonomi Inggris membuat semua pihak lebih ingin mempertahankan status quo, yang dibilang akan menjadi outcome terbaik bagi UK dan juga EU.
Apakah Brexit bakal membuat timnas Inggris lebih hebat ke depannya?
Ide utama Brexit adalah mendahulukan Inggris Raya di atas kepentingan Eropa daratan.
Salah satunya adalah di aspek sepak bola dengan Brexit menjadi kendaraan untuk meningkatkan jumlah pemain lokal di Premier League.
Setidaknya, itulah strategi yang dicanangkan oleh FA (PSSI-nya Inggris) dengan mereka menyusun kitab 33 halaman berjudul "Access to Talent Discussion Deck".
Baca juga: 5 Hal Menarik dari Debut Ashley Young Bersama Inter Milan, Langsung Assist!
Di dokumen tersebut, FA mengklaim bahwa sistem yang telah ada sekarang membuat timnas Inggris "kekurangan pemain di beberapa posisi penting ketimbang kebanyakan negara Eropa lain."
Alhasil, mereka ingin memangkas jumlah pemain maksimum non homegrown dari 17 menjadi 13 di skuad 25 pemain sebuah klub Liga Inggris.
Pemain homegrown adalah pemain yang, tanpa mempedulikan kewarganegaraan atau umur, telah berada di sebuah klub Inggris selama tiga tahun (beruntun atau tidak) sebelum sang pemain menginjak usia 21 tahun.
Akan tetapi, Premier League (selaku penyelenggara kompetisi liga teratas di Inggris) mengutarakan kalau tak ada bukti pendukung kalau peraturan sekarang menghalangi performa timnas Inggris.
Sebaliknya, mereka malah mengatakan kalau proposal FA tersebut akan meningkatkan harga pemain dan permintaan gaji mereka. Belum lagi, rencana tersebut diyakini bakal membuat klub-klub Inggris tak bisa berbicara banyak di kompetisi antarklub Eropa.
Daily Mail, salah satu media pendukung Brexit, mengutarakan bahwa perbedaan pendapat ini akan memicu "perang antara FA dan Premier League dalam beberapa bulan ke depan".
"bola" - Google Berita
February 01, 2020 at 10:11AM
https://ift.tt/2UhsR6z
Dampak Brexit ke Sepak Bola Inggris, Perang FA dan Premier League - Kompas.com - KOMPAS.com
"bola" - Google Berita
https://ift.tt/31nZHnd
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dampak Brexit ke Sepak Bola Inggris, Perang FA dan Premier League - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment