Search

Budaya Sehari-hari Orang Indonesia yang Tak Cocok Diterapkan di Sepak Bola - Kompas.com - KOMPAS.com

COMO, KOMPAS.com - Pada Senin (20/1/2020) kemarin, dua pemain kunci tim Garuda Select II, Bagus Kahfi dan Brylian Aldama diberi kesempatan berlatih bersama Calcio Como 1907.

Calcio Como 1907 adalah klub Italia yang tengah bermain di Serie C. Kebetulan, klub milik Djarum itu berlatih di komplek latihan yang sama dengan tim Garuda Select II, hanya berbeda lapangan.

Selama berlatih bersama para pemain Calcio Como 1907, Bagus dan Brylian dipantau langsung Des Walker, mantan bek timnas Inggris yang kini jadi pelatih kepala dalam program Garuda Select.

Demi memantau Bagus dan Brylian, Walker bahkan sampai meninggalkan sesi latihan para pemain lain. Ia baru bergabung pada pertengahan sesi latihan.

Latihan tim Garuda Select II pada Senin kemarin berlangsung sekitar 90 menit. Bagus dan Brylian tidak ikut sama sekali.

Baca juga: Garuda Select Masih dalam Fase Belajar dan Perlu Bereksperimen

Setelah selesai berlatih bersama Calcio Como 1907, dua pemain timnas U-19 Indonesia itu kembali ke lapangan latihan tim Garuda Select II.

Namun, mereka berdua hanya duduk-duduk memantau yang lain sampai sesi latihan usai. Dimulai sekitar pukul 11.00 waktu setempat, sesi latihan berakhir sekitar pukul 12.30.

Dua pemain tim Garuda Select II, Bagus Kahfi dan Brylian Aldama usai menjalani sesi latihan bersama Calcio Como 1907, di Como, Italia, Senin (20/1/2020). Calcio Como 1907 adalah klub Italia yang bermain di Serie C.Instagram/programgarudaselect Dua pemain tim Garuda Select II, Bagus Kahfi dan Brylian Aldama usai menjalani sesi latihan bersama Calcio Como 1907, di Como, Italia, Senin (20/1/2020). Calcio Como 1907 adalah klub Italia yang bermain di Serie C.

Begitu sesi latihan rampung, para pemain langsung berkemas dan menuju ke bus untuk kembali ke penginapan.

Namun, saat sudah bersiap di dalam bus, Bagus dan Brylian sempat didatangi oleh Walker.

Melalui penerjemah teknis tim, Timo Scheunemann, sang pelatih ternyata ingin menanyakan kesan keduanya setelah diberi kesempatan berlatih bersama Calcio Como 1907.

“Intensitas latihan dan kecepatan dalam bermain lebih tinggi, coach!” jawab Bagus.

Jawaban yang hampir sama juga dilontarkan Brylian.

Passing mereka lebih keras dan tegas,” ucapnya.

Meski terlihat menggangguk, Walker ternyata tidak puas dengan jawaban keduanya.

Baca juga: Garuda Select, Bukan tentang Hasil, Melainkan Proses

“Betul, semakin tinggi level, semakin cepat permainan. Namun, bukan itu perbedaan utamanya,” kata Walker yang kemudian membuat Brylian dan Bagus terdiam.

Di hadapan Bagus dan Brylian serta para pemain lain yang ada di dalam bus, Walker kemudian melontarkan salah satu hal penting.

Sesi latihan tim Garuda Select II di pusat pelatihan di Como, Italia, Senin (20/1/2020).Kompas.com/Alsadad Rudi Sesi latihan tim Garuda Select II di pusat pelatihan di Como, Italia, Senin (20/1/2020).

Melalui tulisannya, Timo menceritakan apa yang disampaikan Walker kepada para pemain.

Menurut Walker, perbedaan utama terletak pada komunikasi yang intens. Dalam sesi latihan di Calcio Como yang diikuti Bagus dan Brylian, setiap bola yang diumpankan selalu disertai informasi.

Sang pengumpan dan juga teman-teman di sekitar sang penerima umpan senantiasa memberi arahan yang membuat serangan menjadi efektif dan bola tidak mudah direbut lawan.

Teriakan seperti “Putar!”, “Awas! (ada lawan)”, atau “Pantulkan!” tak henti-hentinya terdengar.

“Begitulah sepak bola seharusnya dimainkan. Semuanya menjadi lebih mudah,” ujar Walker, dikutip dari Jurnal Timo Scheunemann yang diunggah di laman programgarudaselect.

Baca juga: Bukan Teknik, Inilah Kekurangan Pemain Indonesia yang Sesungguhnya

Tak sampai di situ, Walker mencoba mengingatkan Brylian situasi yang dialaminya saat kehilangan bola.

Ketika itu, para pemain Calcio Como langsung memberi teguran kepadanya.

Kebiasaan inilah yang dianggap Walker hampir tak pernah dilakukan para pemain dalam sesi latihan tim Garuda Select.

"Dalam sepak bola, tidak saling memberi tahu keinginan kita dan kesalahan teman bisa berakibat fatal!” ucap Walker pada anak asuhnya itu.

Bukan Budaya Sehari-hari di Indonesia

Sebagai seseorang warga Jerman yang sudah lama tinggal di Indonesia, Timo sangat memahani kebiasaan dan budaya sehari-hari orang Indonesia.

Baginya, berteriak lantang meminta bola bukanlah perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan sehari-hari orang di Indonesia.

"Bukan budaya kita saling memberi tahu kesalahan masing-masing. Kita diam, kita tidak mau dicap sok tahu, kita memilih menghindari konflik," tulis Timo.

Padahal, dalam sepak bola, saling memberikan arahan antar pemain sangatlah penting.

Untuk itu, yang memberi arahan tidak boleh marah-marah, demikian juga yang diberi arahan.

Baca juga: Kerasnya Sesi Latihan Garuda Select Saat Dipimpin Langsung Des Walker

"Saat Ferdiansyah (bek sayap) memberi umpan yang membuat Kakang Rudianto (bek tengah) tertekan misalnya. Kakang wajib protes pada Ferdi," kata Timo.

"Arahan akan sedikit emosional karena sepak bola memang penuh emosi. Karena itu, Ferdi harus maklum dan tidak boleh tersinggung."

"Justru Ferdi harus bersyukur menerima teguran karena berkat teguran itu, permainan Ferdi akan semakin meningkat," ucap Timo.

Sesi latihan tim Garuda Select II di pusat pelatihan di Como, Italia, Senin (20/1/2020).Kompas.com/Alsadad Rudi Sesi latihan tim Garuda Select II di pusat pelatihan di Como, Italia, Senin (20/1/2020).

Menurut Timo, ada budaya sehari-hari di tengah masyarakat yang sebenarnya kurang cocok diterapkan di lapangan sepak bola.

Timo kemudian membandingkan situasi serupa yang disebutnya pernah dialami pelatih kawakan Belanda, Guus Hiddink saat menangani timnas Korea Selatan pada awal era 2000-an.

Hiddink merupakan pelatih yang sanggup membawa Korsel menembus semifinal Piala Dunia pada tahun 2002, prestasi terbaik negeri gingseng itu di kancah sepak bola dunia.

Baca juga: Bagi Pelatih Garuda Select, Bisa Juggling Itu Tak Penting

"Saya masih ingat bagaimana Hiddink tertegun menyaksikan pemain yang lebih muda selalu diam kepada yang lebih tua. Hiddink lalu membuat peraturan di mana pemain muda dan senior harus berbaur di meja makan dan di kamar hotel."

"Pemain muda diperintahkan untuk tidak menghiraukan senioritas dalam mengumpan bola, memberikan arahan, atau pun saat memberi teguran."

"Sama seperti Hiddink yang melihat ada budaya Korsel yang tidak cocok di lapangan, demikian juga Walker meminta pemain Garuda Select mengembangkan budaya baru saat berada di lapangan bola," ujar Timo lagi.

Tim Garuda Select akan melakoni laga ketiganya di Italia pada Rabu (22/1/2020) hari ini.

Kali ini, lawan yang akan dihadapi adalah tim U-17 Inter Milan.

Pertandingan Garuda Select vs tim U-17 Inter dijadwalkan berlangsung mulai pukul 15.00 waktu setempat atau 21.00 WIB.

Laga Garuda Select vs tim U17 Inter akan ditayangkan secara langsung di Mola TV dan TVRI.

Simak terus perkembangan tim Garuda Select II jelang laga melawan tim U17 Inter di link berikut => klik di sini.

Let's block ads! (Why?)



"bola" - Google Berita
January 22, 2020 at 04:40PM
https://ift.tt/2RksI0F

Budaya Sehari-hari Orang Indonesia yang Tak Cocok Diterapkan di Sepak Bola - Kompas.com - KOMPAS.com
"bola" - Google Berita
https://ift.tt/31nZHnd

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Budaya Sehari-hari Orang Indonesia yang Tak Cocok Diterapkan di Sepak Bola - Kompas.com - KOMPAS.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.