Search

Real Madrid 1998-2002: Perkenalan Los Galacticos, 'The Beatles' yang Main Bola - Bola.net

Bola.net - Real Madrid pernah memberikan contoh nyata bagaimana bentuk tim terbaik di dunia. Kala itu, skuad Madrid diisi oleh pemain-pemain terbaik di setiap posisi, yang kemudian dikenal sebagai Los Galacticos

Sekarang, tidak ada yang bisa membantah kualitas Madrid sebagai raja Eropa. Mereka pernah menjuarai Liga Champions dalam tiga musim beruntun, atau empat trofi dalam lima edisi.

Madrid era 2013-2017 sangat tangguh, dengan sederet pemain top seperti Cristiano Ronaldo, Luka Modric, dan Sergio Ramos. Madrid era ini kuat, tapi sebenarnya pernah ada tim yang terbilang lebih kuat beberapa tahun silam.

Tim istimewa ini mengejutkan dunia pada tahun 1998-2002. Madrid berambisi mendominasi Spanyol dan Eropa, tentu cara terbaik melakukannya adalah dengan mengumpulkan pemain-pemain top.

UEFA merumuskan ulang apa yang membuat Madrid era tersebut begitu spesial. Baca selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!

Setelah melewati 32 tahun tanpa trofi Eropa, Madrid menikmati masa keemasan di akhir tahun 1990-an sampai awal 2000-an. Mereka menjuarai Liga Champions 1998, 2000, dan 2002.

Pada saat inilah tim Madrid mendapatkan sebutan Galacticos, yang mengacu pada sederet nama top dalam tim mereka. Madrid adalah tim terbaik di galaksi, setidaknya menurut sebagian besar analis sepak bola.

Proyek Galacticos ini diusung oleh Florentino Perez. Dia menculik Luis Figo dari Barcelona pada tahun 2000 untuk melengkapi skuad yang sudah diperkuat pemain sekelas Raul, Roberto Carlos, Fernando Hierro, dan Michel Salgado.

Lalu, datang sejumlah nama besar lainnya seperti Zidane, Ronaldo Nazario, dan David Bekcham. Madrid membentuk tim yang jelas mencuri perhatian dunia.

Puncak kejayaan Galacticos tiba ketika Zidane membantu Madrid meraih trofi Eropa ke-9 mereka. ZIdane bergabung dengan Madrid pada musim sebelumnya dan segera jadi salah satu pemain paling penting dalam tim Vicente del Bosque.

Saat itu, Madrid sempat unggul kontra Bayer Leverkusen di final Liga Champions 2002, tapi tim Bundesliga itu bisa menyamakan kedudukan.

Lalu, Zidane kembali membawa Madrid unggul lewat gol tendangan indah yang bahkan masih dikenang sebagai salah satu gol terbaik Liga Champions sampai saaat ini.

"Saya mengikuti lari Roberto Carlos di sisi kanan. Lalu saya melihat betapa bagusnya umpan silang itu, saya tidak mengalihkan pandangan saya dari bola itu dan melepas tendangan voli tampak banyak berpikir, itu hanya intuisi," ujar Zidane.

Begitu dipercaya jadi presiden, Perez menegaskan intensinya untuk mendatangkan pemain-pemain terbaik di dunia dalam skuad Madrid.

Pihak klub mengusung strategi pembangunan tim yang dikenal dengan sebutan 'Zidanes dan Pavones', yang mengacu pada harga mahal Zidane dan lulusan akademi seperti Francisco Favon. Intinya, Madrid ingin mengombinasikan dua elemen tersebut.

Pada rentang 2000 dan 2003, Madrid berhasil meraih dua trofi Liga Champions, dua gelar La Liga, satu Piala Super Eropa, dua Piala Super Spanyol. Mereka memainkan gaya sepak bola yang menonjol, terkadang tidak bisa diprediksi.

Label Galacticos ternyata tidak selalu baik. Sang kapten, Raul, mengakui bahwa label itu sangat berisiko bagi para pemain.

Del Bosque merupakan pelatih yang tenang, stabil, bisa menguasai ruang ganti dengan baik. Ditunjuk gantikan john Toschack, Del Bosque bisa mencuri hati fans Madrid dengan hasil pertandingan positif dan dengan sikapnya yang sangat positif.

Skuad Madrid penuh bintang dan sulit dikelola, tapi Del Bosque cukup cerdas untuk menemukan keseimbangan dan menjaga kebahagiaan setiap pemain bintangnya.

Nahasnya, meski Del Bosque menuntun Madrid meraih dua trofi Liga Champions, pihak klub memutuskan tidak memperpanjang kontraknya usai menjuarai La Liga 2002/03. Kepergian Del Bosque membawa dampak buruk, Galacticos pun merosot.

Zinedine Zidane: Poros Los Galacticos. Zidane bisa membuat momen ajaib kapan pun, sentuhan ajaibnya sering membuat publik Santiago Bernabeu berdecak kagum. "Zidane adalah kombinasi keseimbangan dari tipuan pemain Argentina dan teknik pemain Brasil," ujar mantan pelatih madrid, Jorge Valdano.

Raul Gonzalez: Lambang klub, selama dan setelah era Galacticos, kemampuan Raul memikul beban tim dengan gol-golnya menegaskan kualitasnya sebagai pahlawan klub. Raul adalah Madrid, Madrid adalah Raul.

Ronaldo Nazario: Striker Brasil yang sempurna untuk melengkapi kemampuan Zidane, Figo, dan Raul. Ronaldo punya segalanya, kecepatan, kekuatan, dan puluhan gol dalam semusim.

Figo: 'Kami seperti The Beatles. Kami seperti anak-anak kecil yang bermain di lapangan."

Xavi: "Rasanya menyebalkan melihat mereka bermain seperti itu sebab mereka punya gagasan dan konsep yang jelas. Zidane, Roberto Carlos ... mereka luar biasa. Mereka mendominasi setiap aspek pertandingan. Anda anya bisa mengakui mereka memang tim yang lebih baik."

Sumber: UEFA

Let's block ads! (Why?)



"bola" - Google Berita
April 19, 2020 at 07:40AM
https://ift.tt/3exLbQC

Real Madrid 1998-2002: Perkenalan Los Galacticos, 'The Beatles' yang Main Bola - Bola.net
"bola" - Google Berita
https://ift.tt/31nZHnd

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Real Madrid 1998-2002: Perkenalan Los Galacticos, 'The Beatles' yang Main Bola - Bola.net"

Post a Comment

Powered by Blogger.