REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Frederikus Bata
Eksistensi sebuah stadion bukan sekadar bangunan megah tapi sarat gengsi yang mewakili gambaran kemajuan olahraga dan industri sepak bola. Setiap klub akan menampilan visual megah yang direpresentasikan melalui tribun besar, tata lampu, dan sarana penunjang kenyamanan fan sepak bola.
Jika mundur ke belakang, pada 26 Oktober 1863, lahir Asosiasi Sepakbola Pertama di dunia, FA (Football Association). Tepatnya di Inggris. "Saat itu tidak ada entitas layaknya stadion sepakbola," demikian laporan yang dikutip dari FourFourTwo, Rabu (29/4). Stadion awalnya lapangan yang dipagari dengan sebuah tenda di pojokan untuk pemain dan official.
Awalnya klub-klub menyewa lapangan untuk jangka pendek. Mereka berinisiatif mendirikan kantor pusat yang sebenarnya adalah sebuah pub. Di zaman sekarang pub identik dengan tempat tongkrongan komunitas sambil menikmati pertunjukkan musik. Saat itu di Inggris sudah ada belasan klub. Kemudian tim dari Universitas. Sehingga kebutuhan akan lapangan mulai terasa.
Ketika permainan ini semakin populer, otomatis memancing animo penonton berlebih. Masuklah ke era penyewaan stadion. Sebab ketika itu, hanya arena kriket dan atletik yang bisa mengakomodasi kerumunan dalam jumlah besar. "Maka dari itu, sejak 1872 hingga 1892, semua final Piala FA berlangsung di arena milik Surrey County Cricket Club, di the Oval, London. Hanya satu pengecualian, pada 1873, final berlangsung di Lillie Bridge Ground," tulis FourFourTwo.
Pada 1886, partai puncak Piala FA mempertemukan Blackburn Rovers kontra West Bromwich Albion. Laga pertama berakhir dengan kedudukan imbang 0-0. Panitia mengharuskan ada laga ulangan di tempat berbeda. Jadinya duel replay dimainkan di Racecourse Ground, Derby, sebuah arena pacuan kuda. Fakta tersebut menandakan kebutuhan akan stadion sepakbola perlahan meningkat. Setelah 1892, jumlah penonton para seniman lapangan hijau berjaga di Piala FA berkembang menjadi 25 ribuan orang, Semula berada di kisaran 2000-an.
Pada final 1893, penonton mencapai 45 ribu orang. Sebuah rekor baru. Laga dimainkan di arena atletik di Fallowfield, Manchester. Banyak penggemar ilegal bermunculan. Mereka menerobos masuk. Bahkan ada pemegang tiket yang sah, tidak bisa mencapai tempat duduknya. Berangkat dari berbagai kisah di atas, klub sepakbola mulai memperbaiki diri agar lebih profesional. Berbagai cara dilakukan. Pertama klub-klub tersebut menjadi PT (Perseroan Terbatas). Kedua mulai pembangunan stadion dengan material seperti baja dan beton. Ketiga di arena mereka, ada perangkat baru yang memungkinkan setiap individu bisa masuk stadion lebih tertib.
Revolusi tersebut menghadirkan berkah. Pendapatan klub melonjak. Mereka bersemangat mengembangkan lahan di sepanjang jalur modern. Mulai munculah beberapa lahan terkenal seperti Goodison Park. Villa Park. Kemudian tiga lokasi d Glasgow, antara lain Taman Ibrox, Taman Hampden, juga Taman Celtic.
Adalah Insinyur bernama Archibald Leitch yang membantu merancang beberapa lahan tersebut. Dia arsitek spesialis sepakbola pertama di dunia. Ia juga ditugaskan dalam merancang lahan Highbury untuk dijadikan stadion milik Arsenal, pada 1913. Sebelumnya Old Trafford, milik Manchester United, pada 1910 juga hasil rancangan Leitch. Tidak banyak klub yang bisa mengikuti arus tersebut.
Ada yang tetap membangun meski hasilnya tidak sebesar Old Trafford. Craven Cottage milik Fulham misalnya. Juga Milneux Stadium di Wolverhampton, hingga St James Park (Newcastle). United kembali berada di garis terdepan. Klub tersebut mengembangkan stadion modern dengan kapasitas 20 ribu penonton. Sekitar 10 ribu berdiri di depan. Sisanya menempati tempat duduk di tribun.
Evolusi penampilan stadion berubah setelah sejumlah bencana terjadi. Pertama di Bolton pada 1946 (33 orang meninggal), lalu Ibrox pada 1971 (66 orang meninggal), Bradford pada 1985 (56) dan Hillsborough pada 1989 (96 meninggal). Berjalannya waktu, proses modernisasi terus terlihat. Di era sepakbola modern, banyak dijumpai stadion kelas dunia di seantero global. Beberapa di antaranya misalnya Wembley di Inggris.
Kemudian Camp Nou Barcelona, Olimpico Roma, San Siro Milan, hingga Gelora Bung Karno di Jakarta. Puluhan sampai ratusan ribu individu bisa berdatangan menyaksikan sebuah laga secara langsung. Selain teknologi penunjang yang memanjakan mata dan teling penggemar, faktor keamanan menjadi hal utama dalam pengembangan markas sepakbola di abad 21.
"bola" - Google Berita
April 30, 2020 at 05:21AM
https://ift.tt/3f3kkMQ
Stadion Mengubah Wajah Sepak Bola - Republika Online
"bola" - Google Berita
https://ift.tt/31nZHnd
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Stadion Mengubah Wajah Sepak Bola - Republika Online"
Post a Comment